Foto di atas adalah karya seni yang makna filosofinya bertujuan ingin melecehkan Islam. Tapi setelah dipahami lagi lebih dalam tentang makna fislosofinya, yang awalnya bertujuan melecehkan Islam, ternyata makna filosofinya terbalik, Islam menjadi tinggi dan mulia.
Makna filosofi yang lebih dalam itu dipahami setelah salah satu seorang Yahudi tidak suka dengan karya seni itu. Dia pun marah. Ceritanya begini:
.
Ada seorang Yahudi tidak suka melihat pertujukan seni tersebut, lalu seorang Nasrani bertanya, “Kenapa Anda tidak suka…? Padahal, kan Nasrani dan Yahudi berada di posisi yang paling atas!!? Ini cukup menghinakan mereka”.
Orang Yahudi itu pun menjawab, “Kalau umat Islam itu bangkit, pasti kita semua akan
runtuh. Itulah filosofi sebenarnya dari seni ini”
Memang, orang-orang Yahudi dan Nasrani selalu ingin melecehkan, menghancurkan, bahkan memusnahkan Islam dari muka bumi ini. Tujuan mereka hidup hanya satu, ingin membasmi umat Islam. Keinginan itu diwujudkan dengan segala cara dan upaya.
Sudah menjadi takdir (sebagai laknat) bagi mereka, bahwa Allah telah mencatat mereka sebagai makhluk yang keinginannya hanya menghancurkan umat Islam, sehingga (kecuali) umat Islam mau mengikuti ajaran mereka. Begitulah yang Allah catat dalam ayat-ayat suci-Nya.
Namun, cara dan upaya mereka untuk menghancurkan umat Islam, sebenarnya bisa dibalik untuk kemudian mengalahkan mereka. Hal ini salah satunya dipahami dari cara mereka melecehkan Islam melalui seni di atas. Ketika mereka melecehkan Islam, ternyata dari cara pelecehan itu, sangat mungkin menjungkirkan dan menghancurkan mereka.
Bayangkan saja, gambar di atas dilihat sepintas –secara zhahir- Islam memang di bahwah dengan arti dilecehkan. Namun, ketika Islam yang ada di bawah dalam keadaan sujud, kemudian bangkit dari sujudnya, tidak perlu bangkit sampai berdiri, cukup bangkit untuk duduk tawarruk, secara otomatis, Yahudi dan Nasrani yang ada di atas akan jatuh tersungkur.
Ketika hanya bangkit untuk duduk tawarruk saja, mereka sudah jatuh, apalagi ketika bangkit untuk berdiri, apakah tidak mungkin bisa langsung membasmi mereka yang dalam keadaan tersungkur?
Jadi sebenarnya, kita yang sering kali dilecehkan dan juga dihancurkan sebagian dari kita, mungkin karena kita masih berposisi di bawah. Andai saja kita bangkit, pasti kita bisa menjatuhkan mereka dan sangat juga mungkin membasmi mereka.
Hanya saja, saat ini kita masih sulit untuk bangkit, baik untuk duduk tawarruk apalagi untuk berdiri. Entah apa sebabnya, kesulitan itu masih saja kita rasakan hingg saat ini, meski sebenarnya semangat dalam dada telah lama berkobar karena tidak tahan dilecehkan oleh mereka.
Sebenarnya –jika kita berpikir dan mau-, solusinya hanya satu untuk bisa bangkit. Dalam gambar seni di atas, jelas bahwa posisi Islam yang berada di bawah dalam keadaan sujud. Sujud adalah salah satu rukun dalam shalat. Artinya, selama kita masih kuat istiqamahn melaksanakan shalat, orang-orang Yahudi dan Nasrani mustahil menghancurkan kita. Karena, shalat adalah tiang agama (Islam). Selama shalat masih menjadi rutinitas, Islam tetap akan tegak menjulang tinggi di atas bumi ini.
Satu hal lagi, posisi Islam yang dalam keadaan sujud di atas. Sujud selain rukun shalat, juga merupakan inti dari shalat. Karena sujud sebagai posisi yang paling puncak dari wujud penghambaan. Dengan sujud berarti kita memasrahkan diri kita secara penuh hanya kepada Allah, mengagungkan akan Maha Tingginya Allah, dan menempatkan segala apa yang ada pada diri kita berada di bawah kekuasaan Allah.
Jadi, segala apapun yang kita lakukan, ketika semuanya karena dan demi Allah, pasti kita tidak akan pernah bisa dimusnahkan oleh mereka. Meski, yang katanya kecanggihan teknolgi diciptakan untuk merusak dan menghancurkan Islam, tapi ketika kita mampu membalikkan tujuan itu, maka teknologi tidak akan menghancurkan kita. Semisal, kecanggihan computer dan internet digunakan untuk kepentingan ajaran Islam, maka tujuan penghancuran itu menjadi manfaat bagi kita. Begitu juga, dunia politik yang sistemnya dimainkan oleh mereka, ketika kita mampu bermain dengan niat dakwah mengembangkan Islam semata, maka tujuan itu bisa kita balik menjadi media bermain yang akan mengalahkan mereka.
Tapi yang pasti ketika cara kita tidak digerakkan secara bersama, maka cara itu hanya akan menjadi tetesan air tawar yang berusaha mengubah air asin di lautan. Intinya, kita harus bersatu. Bersatu bukan dalam atau atas nama kelompok atau golongan, melainkan bersatu dalam barisan sujud yang kemudian bangkit secara berjamaah. Sujud artinya kita kembali pada tauhid kita, bersatu padu dalam panji la ilaha illallah.
Maka, orang-orang Islam yang berpolitik –karena politik sekarang menjadi satu-satunya alat yang kuat untuk bisa menandingi mereka-, kepentingan politiknya harus karena dan demi Islam, bukan kepentingan pribadi dan golongannya.
Menghancurkan mereka sebenarnya bukan tujuan atau balas dendam. Karena kita sebagai umat Islam senantiasa menerima perbedaan. Andai saja mereka tidak menyerang kita, pasti kita akan bersahabat dengan mereka dan bahkan bersaudara dengan mereka dalam cinta dan damai. Kita tidak pantas menjadikan merekan sebagai umat Islam, karena hal itu hak Allah. Kita hanya mendapatkan hak ikhtiyar bukan hak menentukan.