Dec 2, 2014
Kisah Penebang Kayu dan Kapaknya
H7.-Dikisahkan seorang saudagar kaya raya menulis sebuah wasiat “Barang siapa yang dapat menjaganya di dalam kubur setelah beliau mati nanti akan diwariskan padanya separuh dari harta warisannya.” Lalu ditanya pada anak-anaknya apakah mereka sanggup menjaganya di dalam kubur?
Lantas anak-anaknya menjawab, “Mana mungkin kami sanggup menemani ayah yang sudah wafat.”
Selang keesokan harinya dikumpulkan semua saudara kandungnya dan beliau berkata “Wahai adik-adikku sekalian adakah dari kalian yang sanggup menjagaku setelah aku mati nanti di dalam kubur selama 40 hari, yang di dalamnya akan kuhias indah seperti kamar yang mewah. Dan aku juga akan memberi setengah daripada hartaku pada siapa di antara kalian yang sanggup bersamaku.”
Adik-adiknya pun menjawab “wahai kakakku, apakah engkau sudah gila? Mana mungkin manusia sanggup bersama mayat selama itu di atas bumi, apalagi di dalam tanah.”
Lalu dengan sedih saudagar kaya raya itu membawa diri ke kamarnya. Beliau masih keras dengan hajatnya yang ingin minta ditemani di dalam kubur nanti apabila beliau sudah mati. Maka diumumkanlah berita ini pada masyarakat luas mengenai wasiat ini
Akhirnya sampailah hari di mana sang saudagar tersebut kembali ke rahmatullah. Kuburnya digali dan dihias indah seperti kamar mewah di dalam tanah.
Pada waktu yang sama seorang tukang kayu yang sangat miskin, yang dalam hidupnya hanya mempunyai harta sebuah kapak untuk ia gunakan bekerja sehari-hari. Ia telah mendengar akan wasiat tersebut kemudian diberitahukannya kepada isterinya apakah dia perlu mengambil kesempatan ini untuk menjadi kaya.
Isterinya berkata “Wahai suamiku apalah arti menjaga mayat tersebut selama 40 hari dibandingkan kerja kerasmu di dalam hutan bertemu binatang buas ketika menebang kayu. Lagi pula makanan pun sudah disediakan.
Tukang kayu tersebut dengan tergesa-gesa menuju ke rumah saudagar untuk menyampaikan niatnya. Keesokan harinya dikebumikanlah jenazah saudagar kaya, walaupun mendapat tentangan dari orang-orang yang tahu akan agama. Si tukang kayu pun ikut turun ke dalam liang lahat bersama dengan kapaknya.
Setelah tujuh langkah para hadirin meninggalkan tanah perkuburan maka datanglah Mungkar dan Nakir di dalam kubur mendekati mayit tersebut.
Si tukang kayu yang sedikit tahu masalah agama menyadari akan siapa yang mendekat, dengan perasaan takut yang sangat ia menjauhkan diri dari mayat sang saudagar kaya. Dalam pikirannya sang saudagar akan ditanyai oleh dua makhluk Allah tersebut sesuai dengan tugasnya menanyai setiap perkara tentang si mayit.
Akan tetapi malah sebaliknya, Mungkar dan Nakir malah mendatangi si tukang kayu, dan menanyai dengan suaranya yang menggelegar seperti petir. Maka bergetarlah tubuh si tukang kayu dengan bersengatan rasa takut.
“Apa yang kau perbuat di sini?”
“Aku menjaga mayat tersebut selama 40 hari untuk nanti mendapatkan setengah dari harta warisannya,” si tukang kayu menjawab dengan sangat takutnya hingga tubuhnya bergetar.
“Ápa harta yang kau miliki sekarang?”
“Aku cuma punya sebatang kapak ini saja wahai makhluk ciptaan Allah untukku bekerja mencari rezeki sehari-hari.”
“Darimana kau dapat kapak ini?”
“”Aku membelinya”
“Dari harta apa kau belikan kapak ini?”
“Dari uang yang halal hasil kerjaku sendiri”
Lalu hilanglah Mungkar dan Nakir di hari pertama dalam kubur tersebut.
Di hari kedua dua makhluk Allah ini kembali datang dan lagi menanyai si Tukang kayu.
“Apa yang kau perbuat dengan kapak ini?”
“Aku menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar untuk dijual”
Hari ketiga ditanya lagi masalah kapak tersebut.
“Pohon siapa yang kau tebang dengan kapak ini?”
“Pohon di hutan tak ada yang memiliki.”
“Apakah kau yakin?”
Lalu hilang lagi Mungkar dan Nakir dan datang lagi di hari ke empat.
“Apakah kayu bakar yang kau potong dan kau jual itu sama ukuran dan beratnya?”
“Aku potong sembarang dan kecil-kecil, mana tahu ukuran besar dan beratnya”
Lalu hilang lagi keduanya, dan datang lagi di esok harinya. Terus menerus selama 39 hari dan pertanyaannya pun tetap berkenaan dengan sebilah kapak harta yang ia punya.
Di hari yang ke 40, datanglah Mungkar dan Nakir sekali lagi bertemu dengan si tukang kayu. Dan keduanya berkata.
“Hari ini hari terakhir aku akan bertanya masalah kapak ini. Namun belum sempat Mungkar dan Nakir menanyai, si tukang kapak buru-buru kabur melarikan diri ke atas membuka pintu kubur. Lalu di atas sudah banyak orang-orang yang telah menantinya.
Si tukang kayu tersebut dengan tergesa-gesa keluar dan meninggalkan orang-orang yang telah menantinya, sambil berkata “Aku tak ingin semua harta wasiat itu dan ambillah kapakku ini aku tak menginginkannya lagi,” sambil berlari, maka bingunglah orang banyak melihat muka pucat si tukang kayu.
Sesampai di rumahnya lalu si isteri berkata “Wahai suamiku, mana setengah harta warisan yang telah dijanjikan sang saudagar itu?”
Maka menjawablah si tukang kayu “Aku tak mengambilnya wahai isteriku. Kamu tahu bukan harta yang kumiliki seumur hidupku hanya sebilah kapak. Tahukah dalam kubur? Selama 40 hari yang ditanyai oleh Mungkar dan Nakir hanya perkara kapak itu. Bagaimana seandainya harta kita begitu banyak? Bagaimana caraku menjawabnya satu persatu….”
0 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)